Oleh: Kak Eka Wardhana, Rumah Pensil Publisher
Ayah dan Bunda, sebagian kita pasti pernah direpotkan oleh tingkah nakal anak-anak. Malah saking repotnya beberapa orangtua menanggapi nakalnya anak-anak itu dengan nakalnya orang dewasa seperti menjewer dan memukul dengan keras. Kalau sudah begini bakal repot jadinya. Tidak seperti perkalian dalam matematika dimana minus dikali minus adalah plus. Dalam mendidik anak, tindakan negatif yang ditanggapi dengan tindakan negatif hasilnya adalah kerusakan kuadrat.
Agar bisa menanggapi kenakalan anak-anak dengan baik, kita perlu sepakat dulu apa yang dimaksud dengan tindakan nakal oleh anak, Ayah dan Bunda. Kenakalan anak adalah segala tindakan anak yang dapat menimbulkan akibat merusak atau membahayakan diri dan lingkungannya. Contohnya bisa disebutkan banyak-banyak: menyerang teman, memecahkan jendela dan lainnya. Sekadar mengacak-acak dan mengotori rumah bukanlah tindakan nakal yang dimaksud.
Jelas keadaan ini tidak bisa didiamkan. Namun respon cepat yang berlebihan hanya akan membuat keadaan bertambah parah. Karena itu kita perlu tahu dulu ada apa sih di balik nakalnya seorang anak?
Satu hal yang perlu diingat, nakalnya seorang anak yang belum baligh bukanlah termasuk tindakan kriminal seberapa pun parahnya tindakan yang dilakukan. Sebab faktor kognisinya belum sepenuhnya matang untuk menyadari konsekuensi sebuah kenakalan baik bagi dirinya maupun orang lain. Meski begitu, bukan berarti hukuman tidak boleh diberikan. Hukuman yang mendidik penting diberikan untuk memperkuat karakter tanggung jawab anak.
Hal kedua yang harus diingat, tanggung jawab kenakalan seorang anak terletak di pundak orangtuanya. Banyak dari kita yang lari dari tanggung jawab ketika anak-anak berbuat nakal. Lingkungan lah yang disalahkan, guru lah yang dijadikan kambing hitam, padahal Allah Subhanahu Wa Ta’ala menitipkan anak kepada kita, bukan kepada orang lain.
Ayah dan Bunda, alasan anak berbuat nakal terbagi dalam beberapa tahap:
Pertama, TAHAP KETIDAKTAHUAN. Banyak tindakan negatif anak biasanya terjadi karena kurangnya pemahaman anak mengenai mana hal yang boleh dan mana hal yang tidak boleh dilakukan. Banyak anak tidak tahu meminjam paksa mainan anak lain termasuk hal yang tidak boleh dilakukan. Mereka merasa ketika anak lain tidak memainkan mainan karena bosan, mereka boleh memainkannya tanpa perlu izin dahulu.
Di tahap pertama ini, sebaiknya orangtua segera berkomunikasi dan memperbanyak penjelasan mengapa suatu hal tidak boleh dilakukan. Memberi penjelasan, Ayah dan Bunda, bukan sekadar memberi tahu.
Kedua, TAHAP TAHU TAPI MELAKUKAN. Banyak anak melakukan tindakan nakal juga walaupun ia tahu hal itu tidak dibenarkan. Hal ini terjadi karena ia ingin memancing perhatian orangtua dan lingkungan yang ia anggap kurang diberikan. Anak yang sudah tahu menyembunyikan barang milik teman itu salah tapi melakukannya juga sebenarnya ingin agar ia lebih diperhatikan. Ia tidak tahu bagaimana menarik perhatian yang lebih efektif dibanding melakukan kenakalan. Di tahap ini, memberi perhatian dan kasih sayang adalah kuncinya, Ayah dan Bunda. Hukuman di tahap ini juga bisa diberikan tetapi disertai penegasan berulang bahwa tindakan anak termasuk kenakalan.
Tindakan orangtua untuk terus berkomunikasi dan memberi perhatian menjadi penting, sebab bila tidak atau kurang dilakukan, alasan kenakalan anak bisa naik ke tahap selanjutnya yang jauh lebih parah...
Ketiga, TAHAP KEBIASAAN. Ketika melakukan sesuatu secara berulang, otomatis terbentuklah kebiasaan. Tindakan nakal yang tidak mendapatkan perhatian yang cukup, akan terus berulang dan segera menjadi kebiasaan. Istilah “Broken Home” bisa menggambarkan situasi ini dengan tepat. Terlepas apakah orangtuanya kaya atau tidak, tetapi bila perhatian dan komunikasi kurang diberikan, anak akan mengubah tindakan-tindakan nakalnya menjadi kebiasaan yang akan sulit dihentikan sampai ia kelak dewasa. Fenomena Awkarin, gadis yang dulu tanpa malu memperlihatkan auratnya, adalah contoh dari pembiaran ini.
Keempat, adalah TAHAP KRIMINAL. Tahap ini terjadi ketika pelaku kenakalan sudah beranjak remaja dan dewasa.
Ayah dan Bunda, menjadi orangtua adalah tanggung jawab paling panjang bagi manusia dewasa. Seorang direktur bahkan presiden, suatu saat akan pensiun. Setidaknya dalam kehidupan di dunia ini. Namun menjadi orangtua tidak pernah ada istilah pensiun. Kita akan tetap menjadi orangtua di akhirat nanti, sebab di sanalah anak yang dulu kita abaikan akan menuntut tanggung jawab kita di hadapan Hakim Pengadilan Yang Mahatinggi: Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Nah, Ayah dan Bunda, jadilah pendidik utama bagi anak-anak kita. Luangkan banyak waktu, energi dan biaya. Tetaplah berkomunikasi dan memberikan perhatian, insyaa Allah setiap kenakalan anak yang timbul akan mudah kita hilangkan dan diganti menjadi kebiasaan baik. Aamiiin....
Jadi ada apa di balik nakalnya anak-anak? Ternyata ada kurangnya komunikasi dan perhatian para orangtua....
Salam Smart Parents!
0 comments:
Post a Comment