Monday, November 5, 2018

MENDAMPINGI ANAK MEMASUKI MASA REMAJA

Hormon testosteron pada tubuh anak remaja mengalami perkembangan 20 kali lebih cepat, menyebabkan terjadinya sejumlah perubahan pada fisik. Seperti wajah berminyak, tungkai kaki memanjang, hidung membesar, dan sebagainya.

Sayangnya belum tentu semua anak bisa menerima perubahan-perubahan ini. Pada beberapa anak, perubahan ini dapat menimbulkan kekacauan emosi.

Kekacauan emosi atau emosi yang berayun, biasanya ditandai dengan banyaknya keluhan yang dirisaukan oleh anak. Antara lain ketidakpuasan terhadap dirinya, lingkungan, ditambah beban-beban pelajaran di sekolah dengan jam belajar yang panjang, juga les les tambahan yang membuat anak sulit memiliki waktu santai. Hal ini menyebabkan meningkatkan rasa cemas berkepanjangan dalam dirinya.

Ketika saat cemas itu datang aliran gelombang otak anak yang normalnya 10 putaran per detik meningkat menjadi 25 putaran per detik. Hal ini mengakibatkan sel-sel otak anak pada prefrontal cortex (PVC), bagian otak yang berada di depan, persisnya terletak di atas mata, menjadi kelelahan.

Kelelahan pada PVC ini pada akhirnya akan mematikan ribuan bahkan jutaan sel pada otak anak karena otak anak tidak didesain untuk menanggung stres dalam waktu lama.

Apa yang harus dilakukan orang tua untuk mendampingi anak remaja?

Menurut bu Elly Risman, dibutuhkan 2 L untuk orangtua agar bisa memahami menerima dan menyikapi perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri anak-anak saat beranjak remaja.

1. LOVE

Bangun ikatan hubungan emosional dan komunikasi dengan anak berlandaskan cinta. Anak memiliki kebutuhan untuk didengarkan perasaannya agar emosi yang sedang ia alami bisa mengalir.

Sebagai orangtua mendengarkan keluhan anak tidak hanya membutuhkan sepasang telinga tetapi juga membutuhkan hati jiwa dan mata. Dengan begitu, anak merasa mendapatkan perhatian yang dibutuhkannya sehingga ia membangun kepercayaan pada orangtua untuk menjadi tempat berkeluh kesah tentang apa yang mereka rasakan dan beban-beban yang menghimpitnya.

Komunikasi yang dibutuhkan hati jiwa mata dan telinga ini merupakan syarat utama orangtua agar bisa memeriksa setiap fase pertumbuhan psikologi dan fisik anak-anak remajanya.

Keterbatasan waktu seringkali menjadi kendala bagi banyak orangtua untuk bisa mendengarkan perasaan-perasaan anak secara penuh apalagi bagi orangtua yang bekerja, biasanya saat pulang kerja sudah kehabisan energi ---belum lagi jika ada pekerjaan yang dibawa pulang dan harus diselesaikan. Belum lagi ditambah gawai (gadget) yang selalu dalam genggaman sang ayah dan ibu.

Sebaiknya saat memasuki rumah para orangtua menyiapkan diri untuk memberi perhatian pada anak. Singkirkan semua masalah kantor dan aneka gawai sejenak untuk memberi waktu pada anak kita berbicara.

2. LOGIKA

Mengasuh anak tidak cukup hanya mengandalkan cinta, namun juga membutuhkan logika yang menuntut komitmen dan kerja keras.

Dengan perkembangan otaknya secara penuh, kita juga harus mendidik dan mengajarkan mereka tentang tanggung jawab dan mengenalkan anak-anak pada rasa kecewa, sakit, sedih dan jatuh bangun.

Jika anak dibiasakan hidup dengan aman dan sempurna mereka akan kesulitan belajar memahami penderitaan. Karena penderitaan merupakan salah satu bentuk pelajaran tentang hidup. Kenalkan anak dengan sikap tanggung jawab dan konsekuensi dari semua perilakunya.

Saat anak sedang belajar tentang rasa sakit atau kecewa, orangtua harus berperan sebagai jaring pengaman emosi bagi anak. Dampingi dan bantu mereka bangkit dari rasa sakit, beri mereka kesempatan belajar menentukan pilihan-pilihan dalam mengatasi masalahnya dan mengerti setiap konsekuensi yang timbul atas keputusannya.

Dengan begini kelak saat anak beranjak dewasa mereka bisa mempunyai sikap dan jati diri atau karakter yang kuat.

Selengkapnya, ikuti Sharing Session pada Senin 5 November 2018 mulai jam 20.00 WIB secara online, bersama dr. Rima Fitriyani.

(Cahyadi Takariawan)

Simple but powerful

Mengapa Google Menjadi Tempat Kerja Paling Membahagiakan? Ini salah satu rahasianya.

Gajinya besar, makan besar hingga cemilan gratis, disediakan tempat tidur siang, disediakan berbagai sarana olahraga dan games, desain kantornya keren banyak spot selfie.

Semua Itu memang bikin asyik kerja di google. Tapi ada satu hal yang nggak banyak orang tahu, yang membuat Google menjadi salah satu tempat kerja paling membahagiakan di planet ini.

Chad Meng, salah seorang insinyur, salah seorang assabiquunal awwaluun di Google (dia karyawan no 107) adalah otak yang merancang sebuah program utk menciptakan suasana membahagiakan di Google.

Dia menggagas sebuah program untuk karyawan google namanya Search Inside Yourself. Programnya banyak dan unik2. Tapi saya mau share satu aja yang menurut saya simple tapi jleb.

Meng mengajarkan sebuah latihan pikiran selama 10 detik saja. Pikirkan dua orang yang ada di ruangan ini, lalu katakan dalam hati "Saya mendoakan dengan tulus agar si A bahagia, Saya mendoakan dengan tulus agar si B bahagia,".

Latihan simpel ini ternyata telah mengubah banyak orang. Setiap orang yang sudah mempraktikkan ini akan tersenyum dan merasa lebih bahagia dibanding 10 detik yang lalu.

Meng pernah mengajarkan praktik ini di sebuah seminar pada selasa malam. Dia menyarankan kepada audiens untuk mempraktikkannya besok saat kerja. 10 detik setiap jam. Pilih secara acak dua orang yang melintas di kantornya. Karena ini cuma dalam pikiran, tidak ada hal yang menyulitkan atau memalukan.

Pada hari Rabu Meng mendapat email dari salah seorang yang mempraktikkan latihan ini: "I hate my work, I hate coming to work every single day. But Inattended your talk on Monday, did the homework on Tuesday, and tuesday was my happiest day in 7 years."

Mengapa praktik ini begitu efektif untuk menciptakan suasana bahagia dlm hati?

Ketika mempraktikkan latihan ini saya baru sadar bahwa sumber stress adalah karena kita sibuk memikirkan diri kita. Coba cek doa-doa kita. 99% untuk kebaikan, kebahagiaan, kekayaan diri kita sendiri.

Kayaknya nggak pernah deh kita menyelipkan doa setelah solat untuk tetangga yang lagi susah, tukang mie tek tek yang malam2 lewat, atau petugas PLN yang ngecek meteran.

Padahal salah satu sumber kebahagiaan itu ternyata adalah melakukan kebaikan untuk orang lain, altruisme.

Dan sebaliknya, sumber ketidakbahagiaan adalah selfish, egoisMe, selalu Me Me Me (aku aku aku).

Makanya orang yang paling bahagia itu adalah Rasulullah. Hidupnya hanya untuk kebahagiaan orang lain. Doa doa dan harapannya untuk umatnya. Bahkan kata terakhir adalah Ummatii...

Dan Rasul juga pernah kasih satu resep kebahagiaan yang mungkin Chad Meng terinspirasi dari sini:

“Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (saudara seislam [ukhuwah islamiyah], saudara sesama manusia [ukhuwah basyariyah]) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama,” (HR.h Muslim no. 4912)

Mari kita saling mendoakan dan praktekkan 😇😇

8 ( DELAPAN ) UCAPAN AJAIB UNTUK MEMBENTUK KARAKTER ANAK

Berikut ini 8 ucapan atau kata-kata ajaib yang penting diajarkan kepada anak-anak sejak kecil. Ucapan ini akan membentuk karakter positif anak.

1. Salam

Ajarkan dan biasakan ucapan "Assalamu 'alaikum" kepada anak agar terbiasa dengan salam yang Islami. Tiap masuk rumah atau masuk kamar orangtua atau ketemu orang lain, ucapannya selalu salam. Ucapan ini membentuk *jiwa penuh kedamaian pada diri anak.

2. Dzikir

Biasakan ucapan yang mengandung muatan dzikir kepada Allah dalam merespon segala sesuatu. Misalnya astaghfirullah, subhanallah, alhamdulillah, masyaallah, insyaallah, barakallah, dan lain sebagainya. Bukan ucapan: Astaga! Gila! Bego!
 Dzikir menciptakan karakter taqwa pada diri anak.

3. Tolong

Biasakan anak untuk mengucapkan kata ‘tolong’, punten " setiap ia meminta bantuan kepada orang lain. Jika terbiasa dengan kata ini, akan tumbuh karakter rendah hati dan tidak sombong.

4. Terimakasih

Biasakan mengucapkan kata terimakasih untuk berbagai hal yang positif, sebagai apresiasi kepada orang lain yang telah memberikan pertolongan bagi dirinya. Anak yang tumbuh dengan menghargai orang lain akan menumbuhkan kebesaran jiwa.

5. Maaf

Ajarkan anak untuk mudah meminta maaf walaupun ia tidak melakukan kesalahan. Apalagi jika ia memang melakukan kesalahan. Anak yang terbiasa meminta maaf akan tumbuh sikap empati dan kasih sayang.

6. *Iya / Baik

Ajarkan anak untuk mengucapkan kata “Baik" atau "iya" atau "siap" sebagai respon dari nasihat atau perintah dari orangtua. Kadang saat ibu atau ayah meminta anak untuk melakukan sesuatu, ia hanya mengangguk atau bahkan diam saja. Ungkapan ini membentuk karakter peduli dan menghargai.

7. Izin/Permisi

Biasakan anak untuk meminta izin dalam berbagai kondisi. Misalnya minta izin untuk menggunakan benda yang bukan miliknya.
Hal ini membentuk karakter tertib.

8. Bisa

Ajarkan anak berpikir dan bersikap optimistik. "Aku bisa" adalah ungkapan optimistik.
Membuat anak tumbuh dengan percaya diri

#GENERASI EMAS YANG BERKARAKTER
BERAKHLAKUL KARIMAH

Semoga Bermanfaat, afwan...
Copas
Kuliah Shubuh
Anonim

Pesan Lion Air JT 610

Entah kenapa, jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 pada hari Senin 29 Oktober 2018 itu dan semua kisah yang terjadi terkait kecelakaan tersebut saya yakini sangat berbekas dalam hati kita semua. Kisah kecelakaan tersebut meninggalkan jejak yang mendalam karena kisah para penumpang tersebut sangat dekat dengan diri kita atau bahkan mewakili keseharian hidup kita. Bagaimana tidak, dalam pesawat tersebut terdapat sosok-sosok manusia yang memiliki peran yang sama dengan peran kita dalam kehidupan sehari-hari, entah itu pada peran kita sebagai ayah, ibu, suami, istri, anak, karyawan, teman, pelajar dan peran-peran sosial lainnya yang amat beragam.

Pasca terjadinya kecelakan tersebut, muncullah berbagai kesaksian dari para keluarga, kerabat dan teman yang ditinggalkan mengenai keseharian para korban semasa hidup. Kesaksian yang mereka berikan memberikan sebuah keyakinan bahwa sebagian besar dari mereka yang ditakdirkan untuk menaiki pesawat tersebut adalah orang-orang yang baik. Bagaimana tidak, di pesawat tersebut terdapat seorang teman saya yang menurut kerabatnya sangat memperhatikan pendidikan saudara-saudaranya. Ia akan datang dari jauh jika mendengar ada saudarnya yang tidak mau melanjutkan pendidikannya. Dalam pesawat yang sama terdapat seorang muslimah yang menurut temannya tidak pernah berhenti ber muro’jaah atau mengulang kembali hafalan Qurannya dimanapun ia berada, termasuk ketika ia sedang berada dalam perjalanan. Di pesawat tersebut juga terdapat seorang ayah yang memiliki seorang anak yang sudah tahfiz Quran 6 juz. Dalam pesawat yang sama juga terdapat seorang ibu yang baru menemui putrinya yang sedang mondok di pesantren untuk menghafal Al-Quran. Ada juga seorang penumpang yang baru saja menjadi mualaf.

Kesaksian baik mengenai kebaikan dan keshalehan korban dari pesawat itu pun tidak terhenti pada kisah para penumpangnya. Sang Co-Pilot yang bernama Harvino pun dikisahkan memiliki kepribadian yang sangat baik. Rekan sekerjanya maupun keluarga bahkan masyarakat yang jauh dari tempat tinggalnya memberikan kesaksian bahwa ia merupakan seorang yang shaleh. Bagaimana tidak, Captain Harvino bukan hanya menjadi seorang Ayah dari 3 putera-puteri kandungnya, ia juga menjadi ayah asuh bagi 10 anak-anak yatim di Desa Nyamplung Sari, Petarukan, Pemalang. Para anak yatim dhuafa di desa itu sudah memperoleh uluran tangan Captain Harvino yang tak pernah putus sejak 3 tahun yang lalu.  Anak-anak yang tadinya tak sekolah dapat sekolah lagi, mereka yang tak bisa mengaji diajarkan baca Al-Qur’an. Berkat uluran tangannya itu, jiwa keimanan penduduk di desa tersebut semakin tumbuh. Sang Captain juga telah membangun sebuah Mushala kecil bersama penduduk desa tersebut. Tidak hanya itu, ia bersama teman-temannya, sedang dalam proses membangun Rumah Qur’an untuk menampung anak-anak yatim dhuafa dan anak nelayan yang jumlahnya kini mencapai 164 anak di desa Nyamplung dan sekitarnya.

Kisah kebaikan mereka yang meninggal terkait kecelakan pesawat tersebut pun terus berlanjut. Berlanjut pada kematian salah seorang penyelam yang menjadi relawan pencarian puing-puing pesawat. Sang relawan bernama Syachrul Idrus (Anto) harus kehilangan nyawanya karena mengalami dekompresi saat melakukan penyelaman.  Sebelum kematiannya ia mengirimkan sebuah pesan Whats App yang sangat dalam bagi istrinya "...Sekitar 180 penumpang mendekati takdirnya. Ada yang tertinggal karena macet, ada yang pindah pesawat karena ingin cepat sampai, dan ada juga yang batal karena ada urusan. Tidak ada yang tertukar. Allah menyeleksi dengan perhitungan yang tidak salah. Mereka ditakdirkan dalam suatu janjian berjamaah. TakdirNya seperti itu, tanpa dibedakan usia”. Berdasarkan kesaksian istrinya, semasa hidupnya almarhum selalu mengatakan bahwa "Nyawa ini untuk menolong orang lain". Almarhum memiliki cita-cita yang belum terwujud yakni membangun yayasan sosial untuk anak-anak terlantar. Sebelum ia dapat mewujudkan impiannya itu, dia sudah mulai bantu-bantu yang kesusahan. Mulai dari keluarga, terus saudara-saudaranya yang memang sedang butuh. Kebaikan almarhum selama hidup tercermin dari pesan perpisahan yang disampaikan istrinya “
"Tunggu aku di jannahNya Insya Allah....
terimakasih kasih sayang, bimbingan dan didikanmu.
Insya Allah kami teruskan dedikasimu dalam kemanusiaan
Laa khaula wala kuwwata Illa Billah ...
Innalilahi wainailaihi rojiun...
Mohon dibukakan pintu maaf segala kesalahan almarhum"

Kisah hidup para korban tersebut harusnya membuat kita merenungkan kembali apa saja bekal yang sudah kita siapkan untuk kehidupan kita yang sesungguhnya, yaitu kehidupan setelah kematian. Pada kacamata manusia, mungkin korban pesawat naas tersebut adalah orang-orang yang kurang beruntung. Tapi dari kacamata iman, boleh jadi yang terjadi adalah sebaliknya. Karena sesuai dengan keterangan Hadits “Orang-orang yang mati syahid yang selain terbunuh di jalan Allah ‘azza wa jalla itu ada tujuh orang, yaitu korban wabah adalah syahid; mati tenggelam (ketika melakukan safar dalam rangka ketaatan) adalah syahid; yang punya luka pada lambung lalu mati, matinya adalah syahid; mati karena penyakit perut adalah syahid; korban kebakaran adalah syahid; yang mati tertimpa reruntuhan adalah syahid; dan seorang wanita yang meninggal karena melahirkan (dalam keadaan nifas atau dalam keadaan bayi masih dalam perutnya, pen.) adalah syahid.” (HR. Abu Daud, no. 3111. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih.

Kematian dalam kacamata kita mungkin memang sesuatu yang menakutkan. Tapi bagi mereka yang beriman, bukankah itu satu-satunya jalan untuk bertemu TuhanNya? Siapa saja yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya di akhirat kelak ia akan bersama-sama dengan para nabi, orang-orang yang jujur dalam beriman, orang yang mati syahid dan orang-orang shalih yang telah Allah beri nikmat. Mereka itu adalah teman-teman yang sangat baik bagi orang-orang mukmin . (QS. An-Nisa 69). Ketakutan kita akan kematian mungkin sebenarnya refleksi dari kesadaran diri kita yang mungkin masih kurang dalam beramal dan lebih banyak berbuat dosa.

Kesaksian tentang bagaimana para korban tersebut menjalani hidupnya seharusnya memberikan tamparan keras buat diri kita. Karena sebagai seorang Muslim, tentunya musibah kecelakan pesawat tersebut harusnya memberikan hikmah yang menyebabkan kita dapat melakukan I’tibar/mengambil ibroh atau hikmah dari kejadian tersebut. Kata hikmah  sendiri disebut sebanyak 20 kali di dalam Al-Quran. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berpikir.” (QS. Al-A’raf: 176). Sejalan dengan hal tersebut, Imam Al-Ghazali menerangkan bahwa seseorang dikatakan dapat mengambil ibroh dari suatu kejadian jika ia mampu “menyeberangkan” apa yang dilihat dan disaksikannya kepada dirinya untuk menggugah kesadarannya bahwa apa yang dilihat dan disaksikannya dapat terjadi pada dirinya.

Semoga saja kita dapat memahami pesan yang Allah sampaikan melalui kecelakaan tersebut dan semoga kita semua bisa mengambil hikmah dari kejadian itu. Semoga kita semua dapat merenungkan semua persepsi, sikap, motivasi dan bahkan kepribadian yang kita miliki selama ini dan  mengubahnya ke arah yang lebih baik. Sebuah perubahan besar yang menjadikan kehidupan kita bermuara pada tujuan yang lebih hakiki, yaitu kehidupan akhirat.

Semoga ke depannya, kita semua dapat menjadi ayah, ibu, suami, istri, anak. karyawan dan teman yang lebih baik. Semoga kisah itu dapat menjadikan kita ayah yang selalu ingat pada kewajibannya untuk mendidik istri dan anaknya untuk semakin taat kepada Allah. Menjadikan kita ayah dan ibu yang mendorong anak-anaknya menjadi penghafal Quran. Menjadikan kita suami yang ikhlas saat mencari nafkah. Menjadikan kita istri yang lebih sabar dan ikhlas saat mengurus keluarga. Menjadikan kita anak yang berbakti pada orang tua. Menjadikan kita karyawan yang lebih rajin. Menjadikan kita teman yang setia dan saling menasihati dalam kebaikan. Dan lebih jauh lagi, menjadikan kita hamba yang lebih shaleh. Sehingga pada akhirnya pada suatu saat nanti kala kita telah selesai dishalatkan, dan imam berbalik badan menghadap para makmum lalu bertanya “Mayit (jenazah) ini semasa hidupnya termasuk orang yang baik atau jelek?” Maka mereka akan menjawab, “Baik!”. Insya Allah. 

Depok, 3 November 2018
Sri Rahayu Hijrah Hati